Model Pembelajaran [Terbaru Kurikulum 2013] – Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu.
Belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
A. Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7).
Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Baca Juga : Hak dan Kewajiban Guru dan Dosen Menurut UU Tahun 2005
Joyce dan Weil (1992: 1)
Menyatakan bahwa, model mengajar merupakan model belajar, dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Fungsi model pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya, buku, film, program-program media komputer, dan kurikulum.
Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.
Arends memilih istilah model pembelajaran berdasarkan dua alasan penting, yaitu pertama, istilah model mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur.
Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur.
Ciri Khusus Model Pembelajaran
Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur.
Ciri-ciri tersebut ialah:
- Rasional, teoritis, logis, yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
- Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
- Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
- Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Untuk pemilihan model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik.
Di samping itu pula, setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks). Antara sintaks yang satu dengan lainnya terdapat perbedaan, perbedaan tersebut terutama berlangsungnya di antara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang harus dipahami oleh guru penutup pembelajaran, agar model-model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
Simak Juga : Pembelajaran Terpadu – Pengertian, Pendekatan Kelebihan dan Prinsipnya
Menurut Johnson (Samani : 2000) Model Pembelajaran
Untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu pada apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif.
Aspek produk mengacu pada apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
Akhirnya, setiap model memerlukan pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas.
Sifat materi dari banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan materi ajar siswa. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan.
B. Macam-Macam Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik memproduksi pengetahuan sendiri secara lebih luas, lebih dalam dan lebih maju dengan modifikasi pemahaman terhadap konsep awal pengetahuan.
Dalam model pembelajaran pusat siswa terdapat dua model pembelajaran, yaitu:
- Model pembelajaran cooperative learning
- Model pembelajaran problem based learning
Berikut dibawah ini akan dijelaskan secara detail mengenai contoh model pembelajaran cooperative learning serta problem based learning.
C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1. Pengertian Pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
2. Tujuan pembelajaran kooperatif
yaitu untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
3. Landasan Pemikiran Cooperative Learning
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah Cooperative Learning. Cooperative Learning muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin berkelompok bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Lihat Juga : 10+ Contoh Model-model Pembelajaran Terpadu Kurikulum 2013
4. Tujuan Cooperative Learning
Cooperative Learning merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Cooperative Learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama siswa yang berbeda latar belakangnya.
5. Efek-Efek Cooperative Learning
Cooperative Learning mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keberagaman ras, budaya dan agama, sastra, kemampuan dan ketidakmampuan.
Tiga macam hasil ang dicapai dari model pembelajaran ini:
Efeknya pada perilaku kooperatif
Kebanyakan orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif dan percaya bahwa perilaku itu merupakan tujuan penting bagi pendidikan banyak kegiatan ekstra kulikuler di sekolah seperti olahraga tim, produksi drama dan musik.
Efeknya terhadap toleransi keberagaman
Cooperative Learning tidak hanya mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, tetapi juga dapat mendukung tercapainya hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan ras dan etnis yang beranekaragam.
Efeknya pada prestasi akademik
Salah satu aspek penting Cooperative Learning adalah bahwa selain pendekatan ini membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik diantara para siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya.
6. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Cooperative Learning
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan struktur tingkat tinggi dan guru juga mendefinisikan semua prosedur.
Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya.
Selain itu, pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan ataupun di pusat media.
Langkah-Langkah Cooperative Learning
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yanng menggunakan pembelajaran kooperatif.
- Fase pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar
- Fase kedua yaitu guru menyajikan informasi pada siswa dengan cara demonstrasi atau membuat bacaan.
- Fase ketiga adalah mengorganisasikan wa ke dalam kelompok kooperatif.
- Fase ke empat, membimbing kelompok erja dan belajar.
- Fas kelima merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.
- Fase terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
7. Variasi Model Cooperative Learning
a. STAD (Student Team Achievement Division)
Ada lima langkah yang dilakukan pada STAD, yaitu:
- tahap penyajian materi
- tahap kegiatan kelompok
- tahap tes individual
- tahap perhitungan skor perkembangan individu
- tahap pemberian penghargaan kelompok.
b. Jigsaw
Dibentuk kelompok oleh guru, kemudian dibentuk lagi kelompok ahli, grup ahli ini mempelajari materi yang sama, setelah siswa belajar di grup ahli, mereka kembali ke kelompok semula.
c. Group Investigation
Siswa membentuk kelompok sendiri, kemudian guru memberikan materi dan permasalahan, setiap kelompok memecahkan masalah tersebut dan mereka dapat mencari data di kelas atau di luar kelas, setelah itu pada waktunya mereka harus melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis dan kesimpulan.
d. Group Resume
Dibentuk kelompok yang diberi tugas membuat resume atau rangkuman dari materi pelajaran, kemudian melaporkan hasil resumenya.[1]
e. Think–Pair–Share
Beri kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara mandiri, kemudian bertukar pikiran dengan teman sebangku, setelah itu berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa).
f. Tipe Mind Mapping
Guru mengemukakan konsep/permasalahan utama yang akan ditanggapi oleh siswa, membentuk kelompok diskusi dengan anggota 2-3 orang, tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi, kemudian tiap kelompok secara acak membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokan sesuai kebutuhan guru, dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
g. Tipe Snowball Throwing
Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan, guru membentuk kelompok dan memanggil ketua kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang telah disampaikan oleh guru, kemudian menyampaikan kepada teman-temannya, masing-masing siswa menyiapkan kertas untuk menuliskan 1 pertanyaan, kemudian kertas tersebut dibentuk seperti bola dan dilempar dari satu sisw ke siswa lain, kemudian siswa menjawab pertanyaaan yang ada di kertas yang di lempar tersebut.
h. Dua Tinggal, Dua Tamu
Membentuk kelompok dengan anggota 4 siswa, beri tugas untuk diskusi, dua siswa bertamu ke kelompok lain, dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya, tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kolmpok lain.
i. Time Token
Semua siswa di beri kartu bicara, di dalam kelompok yang sudah menyampaikan pendapatnya harus menyerahkan satu kartunya, demikian seterusnya sampai yang sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi.
j. Debate
Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi oleh kelompok kontra demikian seterusnya samapi sebgian besar siswa bisa mengungkapkan pendapatnya.
8. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.
Karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran dilakukan secara tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi manajemen sebagai organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Fungsi manajemen sebagai kontrol menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif perlu ditentukan keberhasilan.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam pembelajaran secara kelompok
9. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, sebagai berikut :
- Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence)
- Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
- Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
- Keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi (social skill)
- Group Processing.
10. Kelebihan Dan Kelemhan Pembelajaran
Kelebihan pembelajaran :
- Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru.
- Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri.
- Membantu siswa untuk respek pada orang laindan menyadari akan segala keterbatasanya serta menerima segala perbedaan.
- Meningkatkan motivasi siswa dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Kelemahan pembelajaran :
- Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
- Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
D. Problem Based Learning
1. Pengertian dan Tujuan Problem Based Learning.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
2. Tahapan-Tahapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan enam langkah strategi pembelajaran berbasis masalah yang kemudian dinamakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
- Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
- Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari barbagai sudut pandang.
- Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
- Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan inforamasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
- Pengujian hipotesisi, yaitu siswa merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
- Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan ssesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
3. Kelebihan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
Kelebihan strategi pembelajaran berbasis masalah
- Problem solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
- Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
- Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
- Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
- Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
Kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah.
- Manakala siswa tidak atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba.
- Keberhasilannya membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
- Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
E. Kesimpulan / Rangkuman
Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Macam-macam Model Pembelajaran
- Kelompok model interaksi sosial
- Kelompok model pengolahan informasi
- Kelompok model personal
- Kelompok model-model sistem perilaku