Keanekaragaman Hayati – Jenis, Tingkatan dan Upaya Pelestariannya – Kekayaan hayati di dunia tidak tersebar seragam, daerah tropis umumnya merupakan tempat hidup berbagai jenis spesies dalam jumlah yang besar dibandingkan daerah lain. Secara efisien dan efektif diperlukan target dalam usaha konservasi dengan mengetahui di mana pusat keanekaragaman hayati yang dijadikan tingkatan prioritas secara nasional maupun internasional. Dalam skala global, secara sederhana dapat diidentifikasi daerah target yang dimaksud dengan membuat penilaian (scoring) antar negara yang memiliki kekayaan spesies yang tinggi.
Keanekaragaman hayati ini sangat luas cakupannya, termasuk keanekaragaman hayati di Indonesia. Di indonesia sendiri memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat kaya akan variasi nya. Dengan adanya keanekaragaman hayati, karena Indonesia juga didukung dengan adanya potensi hutan tropis yang biasanya banyak di diami oleh berbagai macam jenis organisme, selain organisme darat ternyata Indonesia pun memiliki sumber daya laut yang tidak kalah jumlah variasinya hingga ratusan. Dengan adanya berbagai macam SDA yang dimiliki oleh Indonesia dapat dijadikan sebagai suatu potensi yang sangat besar jika dapat dimanfaatkan sebagai media pengembangan dan pertumbuhan bagi kelestarian. Keanekaragaman hayati sendiri merupakan keanekaragaman hayati yang dapat diperbaharui, karena organisme-organisme yang didalamnya masih dapat dilestarikan dengan cara dijaga kepunahannya, salah satu cara menjaga dari kepunahannya adalah dengan mengembangbiakan organisme tersebut yang tujuannya untuk terus meregenerasi keturunnannya atau bisa saja agar muncul lagi varietas-varietas baru dalam suatu organisme, agar menambah jumlah populasi jenis bagi organisme tersebut.
Simak Juga : Soal Keanekaragaman Hayati
A. Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya.
B. Macam-Macam Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Berikut macam-macam keanekaragaman hayati, yaitu:
Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen?. Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas yang terjadi secara alami atau secara buatan. Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada buah rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotipe) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotipe). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi).
Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil, sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning); warna mata (biru, hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting).
Definisi keanekaragaman tingkat gen merupakan tingkat keanekaragaman atau variasi yang terjadi pada organisme sejenis atau satu spesies yang dianggap sebagai akibat adanya interaksi anat gen-gen di dalam genotipe suatu lingkungan. Dengan adanya keanekaragaman tingkat gen tersebut disebabkan adanya sifat gen yang terbagi atas gen dominan dan gen resesif. Begitulah adanya keanekaragaman tingkat gen, dengan adanya beberapa perbedaan ciri dan sifat yang dibawa oleh masing-masing individu walaupun masih tergolong kedalam Homosapiens atau pun gen-gen didalam genotipe nya masih tergolong kedalam satu keluarga, namun penampilan sifat genotipenya berbeda.
Contohnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Bentuk daun Salvinia (A), Ranunculus (B) dan Myoriophyllum (C) yang memiliki perbedaan bentuk daun walaupun masih tergolong kedalam satu spesies.
Dari gambar diatas, maka keanekaragaman tingkat gen dapat dilihat secara kasat mata melalui pengamatan secara morfologinya, baik itu pada tumbuhan, hewan bahkan manusia sekalipun. Karena adanya perbedaan bentuk daun pada tumbuhan dan juga adanya warna kulit, bentuk alis dan warna kulit sekalipun telah diketahui dengan adanya keanekaragaman tingkat gen pada setiap individunya, bahkan bagi individu-individu yang kembar sekalipun. Artinya bahwa sekalipun suatu individu memiliki genotipe yang sama namun terdapat perbedaan-perbedaan secara fenotipenya, berikut adalah keanekaragaman tingkat gen yang terjadi pada individu-individu yang masih tergolong kedalam satu keluarga.
Keanekaragaman hayati tingkat jenis (spesies)
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, dapat diamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh, warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Sebagai contoh dalam suku kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut dapat dengan mudah dibedakan, karena diantara jenis tersebut ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalkan ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
Sebagai contoh hewan adalah suku Felidae. Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
Keanekaragaman tingkat spesies terjadi akibat adanya variasi yang ditemukan diantara organisme yang tergolong dalam satu spesies yang berbeda. Pada keanekaragaman ini akan membentuk genotip individu-individu yang diakibatkan adanya sebab keanekaragaman yang terjadi pada tingkat individu beda spesies. Adapun contoh keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut :
Keanekaragaman pada tingkat spesies ini dapat meliputi ciri-ciri fisik yang hampir serupa tapi tak sama dengan patokan spesies yang berbeda
Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uniseluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral. Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah. Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdapat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
Berikut contoh keanekaragaman tingkat ekosistem.
gambar diatas menunjukkan bahwa adanya dua ekosistem yang berbeda yaitu ekosistem laut dan ekosistem darat yang berbeda, dengan begitu kita dapat mengetahui biota-biota yang berbeda pula dari kedua jenis ekosistem di atas.
C. Usaha pelestarian Keanekaragaman Hayati
Pada umumnya sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan aktivitas eksploitasi terhadap Sumber Daya Alam yang dimiliki secara terus menerus, dengan tanpa mengimbangi adanya usaha pelestarian nya juga, maka dapat dipastikan keseimbangan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia akan semakin tidak seimbang. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran untuk suatu usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia ini, baik itu keanekaragaman flora ataupun faunanya. Usaha pelestarian keanekaragaman hayati ini bukanlah tanggung jawab individual, namun usaha pelestarian ini dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah sendiri. Contohnya adalah pelestarian berikut :
- In Situ, yaitu melestarikan SDA Hayati pada habitat aslinya (alamnya) dengan cara menetapkan kawasan tersebut sebagai Cagar Alam Nasional.
- Ex Situ, yaitu melestarikan SDA Hayati di luar habitat aslinya, seperti membuat Kebun Raya untuk menanam berbagai jenis tumbuhan yang memiliki potensi besar bagi kehidupan manusia.
Contoh keanekaragaman hayati yang terdapat di Papua adalah :Keanekaragaman hayati mamalia darat Papua mencapai 174 jenis (sekitar 100jenis endemik), yang mana sepertiganya merupakan hewan berkantung, hewan pengerat, dan sepertiganya kelelawar. Selain itu ada representasi dari mamalia bertelur, yaitu Echidna. Bila di kawasan barat Indonesia, spesies flagshipnya adalah primata, spesies flagship di Papua adalah kanguru pohon. Spesies flagship mamalia ini terdiri dari beberapa spesies yang diketahui hidup di dataran rendah, seperti kanguru pohon abu-abu, yang hidup di dataran rendah, hutan hujan di ketinggian tengah dari kawasan Doberai, dan di semenanjung Fakfak (Papua Barat).
Macam-macam usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Kawasan Konservasi Cagar Alam
Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990, cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Muntasib (2003) menjelaskan bahwa kegiatan yang diperolehkan di cagar alam hanyalah kegiatan-kegiatan untuk penelitian dan pengembangan, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan lain yang menunjang budidaya. Selain itu kegiatan lain seperti rekreasi, pengelolaan yang intensif (campur tangan manusia) tidak diperkenankan karena akan merubah perkembangan alami dari kawasan itu. Prinsip pengelolaan cagar alam adalah alam dibiarkan berkembang secara alami, tetapi juga tidak diganggu serta tidak diperbolehkan memberikan perlakuan apapun kecuali mencatatnya (Muntasib, 2003). Sasaran pengelolaan cagar alam antara lain adalah:
- 1) melindungi flora dan fauna
- 2) habitat terbina dan tidak terganggu
- 3) plasma nuftah dimanfaatkan untuk riset (penelitian dan pendidikan)
- 4) plasma nuftah dimanfaatkan secara lestari melalui upaya budidaya oleh masyarakat di daerah
- 5) penyangga untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
- (1) kawasan pengawetan keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan
- (2) berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan (UU No.5 Tahun 1990 pasal 15).
Sudah selesai membaca materi ini ? Ayo lihat dulu Daftar Materi Biologi