Cerita Rakyat – (Pengertian, Jenis, Fungsi dan Nilai Sosial)

Diposting pada

A. Pengertian Cerita Rakyat

Pengertian cerita rakyat itu sendiri menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah sastra cerita dari zaman dahulu yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan (Alwi dkk, 2003:210). Cerita rakyat juga didefinisikan sebagai kesusastraan dari rakyat, yang penyebarannya pada umumnya melalui tutur kata atau lisan (Danandjaja, 2007: 5).

B. Jenis Cerita Rakyat

Menurut William R. Bascom dalam Danandjaja (2007: 50-83) cerita rakyat dibagi menjadi tiga yaitu:

Mite (myth)

Mite adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh dewa atau makluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau didunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masalampau.

Mite (myth)

Legenda (legend)

Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohi manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat yang luar biasa, dan sering kali dibantu makluk-makluk ajaib. Tempat terjadinya didunia yang kita kenal. Waktu terjadinya belum terlalu lampau.

Legenda (legend)

Dongeng (folktale)

Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan, yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan dengan tujuan untuk menghibur, melukiskan kebenaran, pelajaran (moral) dan sindiran dan biasanya mempunyai kalimat pembuka dan penutupnya yang bersifat klise, dimulai dengan kalimat pembuka dan penutup : ( pada suatu waktu hidup seorang…dan…akhirnya mereka hidup bahagia untuk selama-lamanya). Menurut Asfandiyar (2007: 19) dongeng adalah cerita rekaan, cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi dan bermanfaat bagi perkembangan anak. Baik perkembangan secara kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan).

Dongeng (folktale)

Anti Aarne dan Thompson dalam (Danandjaja 2007: 86-139) membagi jenis-jenis dongeng menjadi empat, yaitu:

1) Dongeng binatang (animal tales)

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan dan serangga. Binatang-binatang jenis ini dalam cerita dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.

2) Dongeng biasa (ordinary folktales)

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Di Jawa Tengah misalnya Timun Mas dan Joko Kendil.

3) Dongeng lelucon atau anekdot (jokes and anecdots)

Dongeng lelucon atau anekdot adalah dongeng-dongeng yang yang dapat menimbulkan rasa mengelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi yang mendengarkan dan yang menceritakannya. Namun bagi tokoh yang menjadi sasaran dongeng tersebut dapat menimbulkan rasa sakit hati.

4) Dongeng berumus (formula tales)

Dongeng berumus adalah dongeng yang dibentuk dengan cara menambah keterangan lebih terperinci dari setiap keterangan lebih terperinci pada setiap pengulangan isi cerita.

C. Fungsi Cerita Rakyat

Dalam cerita rakyat, tidak banyak yang mengambarkan cerita masa kini, terkadang pembelajaran inti dari masalah umat manusia justru dari cerita masa lalu, dongeng, legenda, mite yang berisi tentang ajaran budi pekerti dan moral. Dengan demikian anak akan dapat memperoleh pelajaran-pelajaran yang berguna bagi kehidupannya. Salah satu contohnya adalah dongeng. Dongeng sangat dibutuhkan sebagai media hiburan yang bernilai luhur. Selain itu dongeng merupakan media pendidikan yang mudah diterima oleh anak-anak.

Menurut Asfandiyar (2007: 23-24) dongeng merupakan cara yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), dan aspek sosial. Selain itu, dongeng dapat membawa anakanak pada pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialaminya. Lewat cerita rakyat anak-anak tidak merasa diguruikarena mereka merespons segala sesuatu dengan cara mereka sendiri.

D. Nilai Sosial

Nilai-nilai sosial sikap dan perasaan yang diterima oaleh masyarakat sebagai dasar untuk merumuskan apa yang benar dan penting (dalam pengertian sosiologi). Para ahli sosiologi menjelaskan bahwa nilai sosial, antara lain: Young dalam Huky (1982: 146), merumuskan nilai sosial sebagai asumsi yang abstrak dan sering tidak didasari tentang apa yang benar dan apa yang penting. Disamping itu, nilai sosial dapat juga dirumuskan sebagai petunjuk atau tafsiran harga secara sosial terhadap objek, baik bersifat materil, maupun non materil. Dengan susunan ini nilai harga dari masing-masing yang diukur, ditempatkan dalam suasana struktur berdasarkan rangking yang ada dalam masyarakat tertentu, dan sifatnya abstrak. Bila sikap dan perasaan tentang nilai sosial itu diikat bersama dalam satu sistem maka ia disebut sebagai” sistem nilai sosial”.

Jadi nilai sosial adalah nilai-nilai kebaikan yang berkaitan dengan masyarakat sehingga dapat membedakan baik dan buruk serta dapat bersikap dengan sebaik-baiknya.

Ciri-ciri nilai sosial menurut Huky dalam Soeparno (2002: 148) antara lain:

  1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui saling interaksi diantara para anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir.
  2. Nilai sosial ditularkan. Nilai yang menyusun sisten nilai diteruskan dan ditularkan diantara anggota-anggota. Nilai ini dapat diteruskan dan ditularkan dari satu grup ke grup lain dalam satu masyarakat serta kebudayaan yang lainnya.
  3. Nilai dipelajari. Nilai dicapai dan bukan bawaan lahir. Proses belajar dan pencapaian nilai-nilai itu, dinulai sejak masa kanak-kanak dalam keluarga melalui sosialisasi.
  4. Nilai memuaskan manusia dan mengambilkan bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial. Nilai yang disetujui yang telah diterima secara sosial itu menjadi dasar bagi tindakan dan tingkah laku, baik secara pribadi atau kelompok dan masyarakat secara keseluruhan.
  5. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak dimana terdapat konsensus sosial tentang harga relatif dari objek dalam masyarakat. Nilai secara konseptual merupakan abstraksi dari unsur-unsur nilai dan bermacam-macam objek dalam masyarakat.
  6. Masing-masing nilai mempunyai efek yang berbeda terhadap orang perorangan dan masyarakat sebagai keseluruhan.
  7. Nilai-nilai juga melibatkan emosi
  8. Nilai-nilai dapat mempengaruhi pengembangan pribadi dalam masyarakat secara positif maupun negatif.
Gambar Gravatar
Semua manusia itu pintar.. Namun yang membedakannya proses kecepatan belajar. pada suatu saat ada peserta didik yang belajar dalam 1-3 pertemuan. ada juga yang membutuhkan 3 pertemuan lebih untuk dapat memahami materi... Dengan kata lain, Belajar tergantung kondisi dan keadaan seseorang untuk memahami materi. baik itu cuaca, suasana, perasaan dan lingkungan yang mempengaruhi. Maka temukanlah kondisi terbaik dirimu untuk belajar. Jika kamu tidak mengerti materi yang diajarkan gurumu hanya saja kamu belum menemukan kondisi terbaik untuk belajar. Karena tidak ada manusia yang bodoh hanya saja malas atau tidak fokus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *