Laporan Praktikum Koloid Tentang Percobaan Cahaya

Diposting pada

Laporan Koloid

Laporan Praktikum Koloid

Kali ini tim kami akan membagikan laporan praktikum koloid untuk kamu sebagai panduan untuk tugas praktikum.

Kami juga menyediakan file Laporan Praktikum Koloid untuk universitas agar mudah dibaca dan tertata rapi lengkap bisa kamu download melalui link yang tersedia dibawah ini.

Google Drive Mirror

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat koloid.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar (Keenan, 1984).

Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar.

Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang (transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang (Syukri, 1999).

Baca Juga : 40+ Contoh Soal Koloid Pilihan Ganda dan Kunci Jawaban Lengkap dengan Pembahasan

Ciri penting dari partikel koloid adalah tingginya nisbah antara luas permukaan dengan volumenya. Telah diketahui bahwa atom, ion, atau molekul pada permukaan zat agak berbeda dengan di bagian dalamnya. Hal ini disebabkan karena spesies di permukaan mempunyai gaya-gaya yang berbeda dengan spesies di bagian dalam. Untuk bahan biasa perbandingan atom, ion, atau molekul pada permukaan sangat kecil dibandingkan di bagian dalam, sehingga gejala istimewa yang terdapat di permukaan tidak menonjol. Dalam bahan koloid gejala permukaan sering sangat menonjol (Petrucci, 1987).

Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas, cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu mempunyai fasa berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh karena itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendisfersi.

Fasa terdisfersi dan fasa pendisfersi mirip dengan pelarut dan zat terlarut pada suatu larutan.Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif. Contohnya koloid Fe2O3 bermuatan positif setelah mengadsorpsi Fe3+ pada koloid Fe2O3 x H2O. Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang disebut koagulasi atau penggumpalan. Waktu penggumpalan bervariasi antara satu dengan yang lain, koagulasi dapat dibantu dengan alat sentrifugal ultra (Syukri, 1999).

Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan ataupun padatan (kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas tidaklah sebesar koloid), berikut jenis-jenis dari koloid:

1. Sol (Fase terdispersi padat)

a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam.

b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, tepung dalam air.

c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu di udara, asap pembakaran.

2. Emulsi (Fase terdispersi cair)

a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat.Contoh: jelly, keju, mentega, nasi.

b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh: susu, mayonais, krim tangan.

c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas.Contoh: hairspray, obat nyamuk.

3. Buih (Fase terdispersi gas)

a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.Contoh: batu apung, marshmallow, karet busa, styrofoam.

b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair.Contoh: putih telor yang dikocok, busa sabun. (Brady, 1986).

Sol adalah partikel berukuran koloid 0,001-0,1 ¼m yang tidak dapat membentukdispersi koloid dalam air dan karena ukuranpartikelnya sol koloid ini cenderung tidak stabil.

Gel merupakan sistem padatanyang bersifat elastis karena terbentuknya suatujalinan antara partikel-partikel koloid sol. Transformasi koloid sol menjadi gel apabila terciptabeberapa kondisi seperti perubahan suhu,perubahan agensia pembentuk gel, penguranganjumlah gugus bermuatan akibat perubahan derajat keasaman atau penambahan garam (Lesmana dkk, 2008).

Selain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga sifat-sifat koloid:

1. Efek Tyndall

Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan sejati atau koloid, sering digunakan metode Efek Tyndall, jika cahaya melewati larutan sejati. Pengamat yang melihatnya dari arah tegak lurus terhadap sinar tidak melihat cahaya. Tetapi dalam suspensi koloid cahayanya dibaurkan ke segala arah dan dapat dilihat dengan mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh Tyndall pada tahun 1869, dan dikenal sebagai efek Tyndall. Contoh lain mengenai pembauran ialah oleh partikel debu dalam cahaya dari proyektor film dalam ruang gelap (Petrucci, 1987).

Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati (Petrucci, 1987).

2. Gerak Brown

Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan sedikit, tetapi karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul fasa pendispersinya gerakannya akan berbentuk zig-zag ni disebut gerakan Brown. (Petrucci, 1987).

3. Muatan Koloid (Sifat Listrik)

Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif (Syukri, 1999).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beker 500 ml, gelas beker 200 ml, tabung sentrifugasi, senter, kertas saring, pengaduk, dan neraca.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 10 gram garam dapur, 400 ml air, 5 gram tawas, 100 ml susu cair Indomilk.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menyiapkan 10 gram garam dapur, kemudian melarutkannya dalam 100 ml akuades. Larutan ini disebut sebagai campuran (A).

2. Menyiapkan 100 ml susu Indomilk cair. Larutan ini disebut sebagai campuran (B).

3. Melakukan penyinaran dengan menggunakan lampu senter terhadap (A). Mengamati jalannya sinar. Kemudian melakukan hal yang sama untuk campuran (B).

4. Mengambil sebanyak 20 ml campuran (A) dan (B). Melakukan penyaringan terhadap masing-masing campuran secara terpisah dengan menggunakan kertas saring biasa. Mengamati filtrat yang diperoleh dari masing-masing campuran.

5. Menyiapkan dua buah tabung sentrifugasi. Mengisi tabung pertama dengan campuran (A) dan tabung yang lain dengan campuran (B) hingga tabung terisi dua pertiganya. Melakukan sentrifugasi pada kedua tabung selama 15 menit pada kecepatan 2000-3000 rpm. Mengamati apakah ada perubahan yang terjadi pada setiap tabung.

6. Mengukur pH campuran (A) dan (B). Menurunkan pH dari masing-masing campuran sebanyak 2 satuan dengan cara menambahkan HCl pekat. Mengamati apakah ada perubahan yang terjadi.

7. Mengambil sebanyak 20 ml campuran (A) dan (B), menempatkannya dalam gelas beker terpisah. Menambahkan 1-2 gram tawas ke dalam setiap campuran, dan mendiamkannya selama 20 menit. Mengamati apakah ada perubahan yang terjadi.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Percobaan

PerlakuanCampuran (A)Campuran (B)
Penyinaran dengan senterCahaya tembus Cahaya tidak tembus
Penyaringan (kertas saring)Tidak terdapat endapanTerdapat endapan
SentrifugasiTidak terjadi perubahan (alat error)Tidak terjadi perubahan (alat error)
Penambahan HCl pekat.Cahaya tembus

pH = 3

Cahaya tidak tembus

pH = 3

Penambahan tawasTidak terdapat gumpalanTerdapat gumpalan
Kesimpulan.Campuran (A) bukan koloidCampuran (B) adalah koloid

B. Pembahasan

Pada praktikum ini, dilakukan percobaan untuk mengetahui sifat-sifat koloid. Percobaan yang dilakukan adalah dengan menggunakan larutan garam dapur dan susu cair. Kemudian dilakukan lima perlakuan terhadap campuran A (larutan garam dapur) dan campuran B (susu cair).

Perlakuan yang pertama adalah dengan menyinari kedua campuran menggunakan senter. Campuran yang pertama (A) yaitu 10 gram garam dapur yang dilarutkan dalam 100 ml akuades, dan campuran (B) 100 mlsusu cair. Masing-masing campuran tersebut dimasukkanke dalam gelas beker terpisah.

Kemudian kedua campuran ini disinari dengan senter.
Pada saat dilakukan penyinaran, terlihat bahwa sinar dari lampu senter terhadap campuran A diteruskan dalam satu arah. Sedangkan sinar pada campuran B diserap atau dihamburkan dalam mediumnya sendiri sehingga pada campuran B tidak tembus cahaya. Hal ini dikarenakan campuran (B) merupakan larutan koloid yang mempunyai partikel yang lebih besar dan acak sehingga sinar datang dipantulkan oleh partikelnya ke segala arah yang disebut efek Tyndall.

Pada percobaan selanjutnya, 20 mL dari campuran (A) dan campuran (B) disaring secara terpisah menggunakan kertas saring. Kemudian setelah disaring dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara keduanya, yaitu pada campuran (A) tidak terdapat endapan, sedangkan pada campuran (B) terdapat sedikit endapan.

Pada penyaringan yang dilakukan, dapat terlihat jelas bahwa larutan garam (campuran A) lebih cepat tersaring dibandingkan dengan susu cair (campuran B). Hal ini dikarenakan oleh adanya gaya berat partikel – partikel koloid yang terdapat pada larutan susu tersebut. Pada larutan garam, tidak terdapat endapan ketika larutan tersebut disaring dengan kertas saring. Hal ini disebabkan karena garam telah bercampur secara homogen dengan pelarutnya yaitu akuades. Hingga garam dapat larut dengan sempurna.

Sedangkan pada larutan susu terdapat endapan yang berupa filtrat putih, yang disebabkan karena adanya gaya berat pada partikel-partikel koloid yang terdapat pada larutan susu tersebut.

Selanjutnya dilakukan percobaan dengan alat sentrifugasi. Campuran (A) dan campuran (B) dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi terpisah dan diisi hingga dua pertiganya. Kemudian kedua campuran di sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2000-3000 rpm. Setelah 15 menit, ternyata tidak terjadi perubahan apa-apa karena alat yang digunakan untuk sentrifugasi error, sehingga pada percobaan ini tidak menghasilkan apa-apa.

Baca Juga : Kategori Laporan

Kemudian pada pengukuran pH, untuk menurunkan pH sebanyak 2 satuan dapat digunakan larutan HCl pekat dengan menuangkan ke dalam larutan koloid tetes demi tetes agar sesuai dengan pH yang ingin didapatkan. Terdapat besar pH yang sama pada campuran A dan campuran B yaitu masing-masing sebesar 7. Setelah kedua campuran ini ditambahkan dengan HCl pekat, pH pada kedua campuran tersebut diukur kembali. Dapat dilihat bahwa kedua campuran ini mengalami penurunan pH menjadi 3. Dan pada campuran A, ternyata terlihat mengalami pengentalan. Sedangkan pada campuran B, terdapat gumpalan atau endapan. Pada kedua percobaan ini sendiri, tidak mencapai pH yang diharapkan yaitu 5, karena ketika melakukan pengamatan ukuran atau jumlah larutan yang akan digunakan tidak dibatasi, misalnya 5 ml, 10 ml, atau 20 ml. Hal ini menyulitkan praktikan untuk mendapatkan pH sesuai dengan yang diharapkan.

Pengamatan terakhir adalah dengan menambahkan dengan tawas pada masing-masing campuran.Pertama-tama, campuran A ditambahkan dengan tawas, namun ketika diamati ternyata tidak terjadi perubahan yang signifikan selain larutan yang berubah menjadi keruh. Sedangkan saat campuran B ditambahkan dengan tawas, campuran B menjadi lebih kental dan terdapat gumpalan. Sifat ini dapat disebut sebagai sifat koagulasi atau penggumpalan karena tawas menggumpalkan partikel dari susu.

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :

1. Besar pH larutan garam dan susu berturut-turut adalah 7 dan 7. Setelah ditambahkan HCl, diturunkan dua satuan menjadi 5, tetapi yang dihasilkan adalah pH 3 untuk campuran (A) dan (B).

2. Campuran (A) yang ditambahkan tawas menjadi keruh tanpa terjadinya perubahan lain. Tetapi ketika campuran (B) ditambahkan dengan tawas, larutan menjadi lebih kental dan terdapat gumpalan serta agregat.

3. Campuran A (larutan garam) bukan koloid, sedangkan campuran B (susu cair) adalah koloid.

DAFTAR PUSTAKA

  • Brady, James E. 1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Purna Aksara.
  • Keenan,C.W.1984. Kimia untukUniversitas. Jakarta: Erlangga.
  • Lesmana, S. Novita, Thomas Indarto P. S dan Netty Kusumawati. 2008. Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat sebagai Fortifikan Kalsium terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Permen Jeli Susu. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi.Vol. 7 No. 1 April 2008.
  • Petrucci,Ralph H.1987. Kimia DasarPrinsipdanTerapan Modern. Jakarta: Erlangga.
  • Syukri.S.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Gambar Gravatar
Semua manusia itu pintar.. Namun yang membedakannya proses kecepatan belajar. pada suatu saat ada peserta didik yang belajar dalam 1-3 pertemuan. ada juga yang membutuhkan 3 pertemuan lebih untuk dapat memahami materi... Dengan kata lain, Belajar tergantung kondisi dan keadaan seseorang untuk memahami materi. baik itu cuaca, suasana, perasaan dan lingkungan yang mempengaruhi. Maka temukanlah kondisi terbaik dirimu untuk belajar. Jika kamu tidak mengerti materi yang diajarkan gurumu hanya saja kamu belum menemukan kondisi terbaik untuk belajar. Karena tidak ada manusia yang bodoh hanya saja malas atau tidak fokus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *